15 Feb 2014

Delerisereneica

I let the wind blew me
I let the earth shook me
I let the cold
Dark
Astraying night
Shroud over me

Time to time I fought
I stood
I resisted
And I fell

Shall I rise again
The groud stays there for me
Shouting and telling me
The roads are paved
Fixed
Unchanged
And I supposed to follow
To weaken
And maybe fell again
Then crawl

But I resist
I resist
I resist
Thousand times over
And over
And over again
I resist

Roads are unstraight
Unmarked and free
Here I stand
I can see long
Far and far away
With pits, cliffs
And lakes and gardens
Rose petals above the thorns

Here I am
I shall rise again
I shall rise again
I shall rise again
Again
Again
And again
I shall try

I am going.

1 Feb 2014

Kebohongan Jadi Kenyataan

Atsumi tahu, timnya pasti kalah. Tertinggal 40 poin, Yuuhi Guts sudah dipastikan 100% akan kalah oleh tim pendatang baru yang mengejutkan semua orang, tim kostum merah. Tahun ini, Guts harus mengalami penarikan pemain. SMA Yuuhi terkenal dengan tim-tim olahraganya yang kuat dan selalu menjadi juara. Kecuali tim American football.

Nasib Guts sebagai tim American football ditentukan di tahun ini. Atsumi, kapten tim yang telah berjuang bersama selama 3 tahun, belum pernah merasakan manisnya kemenangan. Hingga pelatih memutuskan untuk menaruh semua pemain reguler (yang hanya 15 orang) dengan tim all-star olahraga SMA Yuuhi. Semua jagoan-jagoan dari tim olahraga lainnya macam basket, baseball, bahkan judo, turun menggantikan pemain football reguler. Tim all-star ini diharapkan akan meraih kemenangan.

Namun tim kostum merah berhasil membantai para pemain yang tidak berpengalaman di football. Tim kostum merah ini diperkuat oleh seorang pelari legendaris yang menakutkan setiap sekolah. Ketika pertandingan mulai berakhir, pelatih akhirnya memutuskan untuk menurunkan pemain reguler. Tim kostum merah mulai kewalahan menghadang laju pemain reguler Guts. Atsumi memimpin timnya dengan sangat baik. Kans kemenangan mereka meningkat hingga menjadi 1%. Walau hanya sepersen, mereka tahu masih ada kemenangan. Semangat membara dan pantang menyerah mereka nyaris dapat membuat mereka membalikkan keadaan. Kalau saja tidak ada sang pelari legendaris.

Ketika waktu pertandingan semakin menipis, sang pelari legendaris dipercayakan untuk membawa bola menuju end zone. Tentu saja ia harus melewati defensive line  dan formasi pertahanan Guts terlebih dahulu. Pemain terakhir di barisan belakang Guts adalah sang kapten, Atsumi. Atsumi memang tangguh, kuat, paling jago di timnya. Ia percaya kalau ia bisa menghentikan laju si pelari legendaris. Sampai ia berhadapan satu lawan satu dengan pelari tersebut.

Atsumi dengan berani dan tanpa gentar menerjang sang pelari. Namun memang, dengan ketangkasan dan kecepatannya, sang pelari legendaris tersebut berhasil mengecoh dan menembus Atsumi, benteng terakhir pertahanan Guts. Atsumi tercengang. Detik itu ia juga menyadari kalau si pelari ini memang betul-betul legendaris. Pelari tersebut melesat dan mencetak touchdown terakhir. Guts kalah.

Nama pelari tersebut adalah: Eyeshield 21. Dari tim berkostum merah, Deimon Devil Bats.

                                                                   *       *      *
Pertama kalinya setelah sekian lama, aku tak ingat bahkan, aku merasa begitu emosional dan hampir menangis ketika membaca sebuah komik. Sudah lama aku tak membaca komik ini, walau aku ingat baik kerangka ceritanya, tetapi detail-detail yang sudah mengabur di ingatanku membuat pembacaan ulang ini begitu menyenangkan. Aku lebih bisa mengapresiasi gambar demi gambar yang sangat rapi dan bagus luar biasa. Teknik framing dan penggambaran yang setara dengan sinematografi film, ketika membacanya kau bakal merasakan "Hey, ini komik atau film?". Ceritanya begitu hidup, begitu dekat, dan dapat membolak-balik emosi pembacanya.

Komik ini, Eyeshield 21. Komik Jepang, alias manga, yang sudah kubaca semenjak aku lulus SD. Cerita yang kubaca tentang kekalahan Yuuhi Guts begitu menyentuh. Penggambaran emosi karakternya begitu kuat. Saat Atsumi dan teman-temannya kalah, dengan penuh air mata mereka berkumpul membuat formasi huddle. Mereka berteriak bersama-sama, "Heii Ho! Heii Ho Yuuhi Guts! Jangan menyerah Yuuhi Guts! Heii Ho! Berjuanglah Deimon Devil Bats! Heei Ho! Devil Bats!!!".

Sebuah gambaran tim yang ksatria dan sportif. Setelah pertandingan, mereka menyemangati tim lawan mereka, Devil Bats, untuk memenangkan turnamen. Dan Eyeshield 21 bersama sahabatnya Raimon Taro (atau Monta (si monyet)) pun meyakinkan diri mereka, kita harus menang.

Hari ini aku sungguh down dan kehilangan semangat. Aku seperti seekor burung yang lupa caranya terbang. Atau ikan yang mendadak tak bisa berenang. Perasaanku begitu kacau. Hari yang begitu cerah dan tenang kelihatan seperti badai bagiku. Aku cuma bingung, dimana semangatku? Padahal, tak seberapa lama lagi banyak sekali kejadian penentu-penentu penting dalam hidup. Sekarang-sekarang inilah aku benar-benar harus bertempur. Tapi aku malah jatuh dan kebingungan.

Sudah sekian lama aku merasakan gonjang-ganjing emosi ini. Memang, orang bilang di usia-usia seginilah manusia akan mengalami goncangan emosi yang dahsyat. Kepercayaan dan iman akan diguncang, semangat akan diuji, dan jati diri akan dicari. Di usia segini manusia sangat rawan tersesat, rawan sekali jatuh dan hilang kearah yang tak semestinya. Masa kanak-kanak sudah lama berakhir, dan kenyataan hidup mulai menerpa. Hanya iman, semangat baja, tekad yang kuat, dan aksi yang nyata yang dapat menjadi benteng terkuat. Tetapi bagaimana jikalau semangat itu hilang?

Aku bahkan sudah tak ingat, sejak kapan aku merasakan cobaan emosi seperti ini. Semangat naik turun, motivasi meredup. Sesekali naik tapi kemudian jatuh kembali. Layaknya kapal yang diterjang angin badai. Kemudian, aku menyadari kalau inilah hidup. Kenyataannya, hidup bukanlah pendayungan santai di pulau indah macam Andaman, tapi hidup ini bakal penuh ombak besar dan angin kencang macam Samudera Arktik (atau Hindia. Entahlah, aku bukan pelaut yang paham gejolak-gejolak ombak). Mau di negara ini, atau negara maju macam Amerika, masalah manusia selalu sama. Ujian hidup selalu sama. Hidup tidak akan selamanya tenang. Karena itu, yang membedakan kapal yang kita naiki, antara itu rakit, perahu kecil, perahu kayu, kapal pesiar, kapal perang frigate, atau kapal perang aircraft carrier macam USS John F. Kennedy, adalah semangat. Kuatnya semangat melambangkan kapal yang kita naiki dalam hidup.

Hari ini yang kunaiki adalah rakit. Rakit ditengah-tengah badai besar samudera Atlantik utara. Dingin, kencang dan menyakitkan. Aku juga tahu, seperti setiap manusia tahu, tentang konsep semangat, pantang menyerah, determinasi, dll. Tapi aku kehilangan semua itu. Padahal aku punya, tapi tidak bisa ditemukan. Mau apa lagi? Semua manusia tahu kan tentang konsep tersebut? Tetapi, mengapa banyak manusia yang tetap terpuruk?

Kegiatanku benar-benar tidak produktif dan menyesakkan dada, sampai aku melihat tumpukan komik lama di sudut lemari buku-ku. Komik favoritku ketika aku masih otaku dulu (ya, saya mantan otaku.). Eyeshield 21. Bertumpuk dan penuh debu, sudah lama sekali aku tak membaca. Semenjak masuk SMA dan melakukan kegiatan, aku mulai jarang menyentuh komik-komik tersebut. Aku bahkan mulai menganggap komik itu kegiatan yang kontraproduktif. Tapi aku sebenarnya salah.

Iseng-iseng, aku membuka kembali beberapa volume yang menarik. Komik volume kelima sudah mulai berdebu di covernya. Aku mulai membaca volume-volume lama, komik-komik yang kubaca pertama kali ketika lulus SD.

Eyeshield 21, seperti judulnya, berkisah tentang seorang pelari legendaris bernama Eyeshield 21 di tim Devil Bats dari SMA Deimon. Eyeshield merupakan pelari di tim American football, posisinya sebagai running back sangat esensial dalam olahraga tersebut. Namanya Eyeshield 21 karena ia pelari yang dirahasiakan identitasnya, memakai sebuah pelindung kaca didepan matanya (therefore, "Eyeshield") dan bernomor punggung 21 (therefore the 21). Tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya (atau akankah terungkap? Baca saja sendiri!). Tapi, siapa sih dia?

Seorang remaja kecil, pendek, dan lemah bernama Kobayakawa Sena. Sena yang lemah sedari dulu menjadi pesuruh, di-bully oleh orang-orang semasa sekolah. Sena selalu disuruh melakukan segala hal, seperti membelikan roti atau mengantarkan tas pulang sekolah oleh "teman-teman" sekolahnya. Karena pengalamannya tersebut, tanpa ia sadari ia telah menjadi seorang yang cepat. Sedari kecil pula, Sena selalu dilindungi oleh Anezaki Mamori, tetangganya (yang keturunan Amerika) yang selalu merawatnya layaknya seorang kakak.

Sena masuk SMA Deimon, satu SMA dengan Mamori. Di hari pertama masuk sekolah, Sena dikejar oleh Ryokan Kurita, orang super gendut (tapi anehnya, super kuat juga, bukannya obesitas) yang mengajaknya masuk ke klub American football. Awalnya Sena menolak. Sampai Sena "ditemukan" oleh Yoichi Hiruma.

Hiruma adalah tipe manusia cerdik yang akan melakukan cara apa saja untuk melakukan rencananya. Hiruma juga merupakan kapten tim football Deimon, yang hanya beranggotakan dia sendiri dan Kurita. Melihat bakat lari Sena yang luar biasa, Hiruma kemudian merekrut (dengan "sedikit" paksaan) Sena untuk bergabung dengan klub football.

Hiruma menutupi identitas Sena dengan nama "Eyeshield 21". Nama tersebut juga diikuti oleh cerita asal-usul bualan Hiruma: "Eyeshield 21 adalah pelari legendaris yang pernah menjadi jagoan di Universitas Notre Dame, Amerika Serikat". (Memang agak aneh dari "universitas", dan sejujurnya, kenapa mesti Notre Dame?? Bahkan Ohio State kelihatan lebih baik hehehe). Semenjak saat itu, Sena di lapangan berubah menjadi Eyeshield 21 yang menakutkan, dapat berlari "dengan kecepatan cahaya". Sena (ketika dipaksa) dapat berlari dengan kecepatan 4,2 detik dalam 40 yards (sangat cepat! Bahkan buat level nyata di Amerika saja sudah terlalu cepat).

Singkat cerita, semenjak kedatangan Sena, tim Devil Bats berkembang menjadi semakin kuat. Devil Bats juga menambah banyak sekali anggota baru yang makin mewarnai hari-hari mereka. Devil Bats memiliki satu mimpi bersama, bermain di Christmas Bowl. Pertandingan tertinggi di level nasional yang diadakan di stadium Tokyo yang megah, menjadi impian bagi semua tim di Jepang. Perjalanan Devil Bats pun tidaklah mulus, mereka harus kalah berkali-kali dalam perjalanannya. Lawan mereka pun semakin lama semakin kuat, dan mereka tidak pernah menyerah dan berjuang keras untuk mencapai impian mereka bersama.

Sena, sebagai sang Eyeshield 21 pun turut berkembang sejalan dengan cerita. Jatuh bangun ia alami. Ketika pertama kali ia bermain football, itu karena paksaan Hiruma. Tetapi semakin lama, Sena semakin tangguh dan termotivasi untuk bermain football.

Yang mengejutkan, ternyata gelar Eyeshield 21 benar ada. Hiruma tidak memberitahukan ini ke Sena. Gelar tersebut diberikan ke runner terkuat dan tercepat. Sena akhirnya menyadari kalau semua gelar dan titel aneh-aneh yang merupakan kebohongan ini rupanya berdasar dari kenyataan. Ketika menyadari ini, Sena sudah terlalu jauh untuk mundur. Ia sudah begitu bersemangat dan membara. Ia pun bertekad untuk menjadikan kebohongan ini jadi kenyataan.

(spoiler alert di paragraf berikut)
Bahkan, ketika di Christmas Bowl, Sena bertemu dengan Takeru Yamato, yang rupanya Eyeshield 21 yang asli! Di pertandingan antara tim baru (Devil Bats) melawan tim legendaris Yamato tersebut, Sena bertarung dengan Yamato untuk memperebutkan gelar Eyeshield 21. Setelah kerja keras dan latihan terus menerus, Sena akhirnya berkembang menjadi sangat kuat dan mengalahkan Yamato. Sena, yang berawal dari gelar kebohongan, benar-benar menjadi seorang Eyeshield 21.

Cerita Eyeshield 21 memang sangat dramatis. Bahkan buat orang-orang yang tidak suka olahraga atau tidak paham American football pun akan tertarik ke dalam ceritanya yang dalam dan emosional (macam kakak cewek saya yang biasanya baca komik cewek pun jadi gandrung Eyeshield). Dalam Eyeshield 21 kita bisa tertawa terbahak-bahak, kemudian menjadi tegang dan deg-degan, atau bahkan menangis. Tapi yang paling penting adalah, Eyeshield 21 sangatlah inspirasional.

Eyeshield 21 bercerita tentang anak-anak SMA di dunia nyata. Komiknya sangat dekat dengan kenyataan hidup. Tidak seperti Naruto, Bleach, One Piece, atau Dragon Ball yang sangat epos, Eyeshield 21 jauh lebih relatable, lebih akrab dengan diri kita. Gambarnya juga sangat bagus dan tekniknya canggih. Eyeshield 21 memang hanya satu dari sekian banyak komik Jepang yang mengangkat tema olahraga, tapi sampai ini buatku Eyeshield 21 lah yang paling realistis dan menyenangkan untuk dibaca. Paling meaningful.

Eyeshield 21 memang hanya cerita. Begitupun dengan semua komik-komik dan film-film lainnya. Hanya cerita. Dan mungkin sebagian, atau kebanyakan orang akan langsung melupakannya setelah membacanya. "Toh cuma cerita".

Tapi apa sih motivasi dari membuat cerita yang sangat memotivasi tersebut? Tentu saja, untuk menginspirasi kita. Pada dasarnya, semua cerita (fiksi) ditulis untuk menyampaikan sebuah pelajaran tertentu. Nilai moral. Inspirasi. Itulah manfaat utama sebuah cerita. Untuk memberikan sebuah gagasan, ide, motivasi, inspirasi. Memberikan ruang bagi imajinasi bagi kita. Mencetuskan idealisme dan visi. Tanpa semua itu, manusia tak akan jadi manusia.

Setiap cerita dari jaman epos Mahabaratha, Ramayana, Oddysey, Illiad, kisah kepahlawanan Perseus, hingga Eyeshield 21, membawakan inti yang sama. Perjuangan, determinasi, semangat, pantang menyerah, jatuh bangun, dan kebenaran. Tetapi, apa gunanya ada cerita-cerita? Bukankah mereka itu hanya cerita?

Ya, mungkin kita biasanya mengabaikan dan melupakan sebuah cerita fiksi begitu saja. "Ah hanya fiksi. Bukan kenyataan. Bikinan saja. Bohong itu," kemudian cerita itu jadi tulisan diatas kertas saja. "Kalau cerita itu dibuat untuk menginspirasi, dan tak terhitung jumlahnya cerita yang menginspirasi, kenapa dunia ini selalu sama dan tak pernah menjadi lebih baik?" dan cerita itu pun dilupakan. "Yah, tentu saja, cerita kan jadi begitu gara-gara dibikin-bikin sama pengarangnya. Cuma imajinasi saja, nggak realistis," dan kemudian hidup jadi hilang warnanya.

Tapi, cerita-cerita macam ini dapat membangkitkan semangat dan merubah hidup tergantung kepada kita sendiri. Harus diingat, bahwa ide "Indonesia Merdeka" juga disebarkan secara gencar dari panggung-panggung pementasan sandiwara rakyat. Cuma sebuah cerita, sebuah ide, imajinasi yang mungkin sering disangkal, tetapi menjadi kenyataan. Walau banyak sekali memang poin-poin cerita yang terkesan tidak realistis dan mengada-ada, tapi cerita tersebut tetap membangkitkan semangat. Imajinasi, walau sering ditentang logika, adalah penggerak paling kuat dalam kehidupan. Cerita, jika kita terjemahkan menjadi aksi yang nyata, akan menjadi sebuah perubahan besar.

Terutama dari Eyeshield 21 aku belajar banyak sekali. Aku seperti belajar dan mendapatkan definisi kata "semangat", gaya Jepang. Jepang memang kesohor dengan bangsanya yang tangguh. Bagaimana bisa, Jepang, sebuah bangsa yang bahkan tubuhnya lebih kecil dibanding kita orang Indonesia, lolos ke Piala Dunia? Bagaimana bisa, Jepang, negara yang dulu ketinggalan zaman, membangun armada kapal laut yang menandingi AL Rusia dan AS? Bagaimana bisa, Jepang, negara yang kalah perang dan hancur lebur oleh bom atom, bangkit menjadi macan ekonomi Asia, bahkan dunia?
Jawabannya: semangat dan determinasi mereka. Dan Eyeshield 21 merefleksikan jiwa tangguh Jepang. Keberanian mereka untuk bermimpi besar, dan yang lebih penting lagi, ketangguhan dan ketekunan mereka dalam melakukan sesuatu demi mewujudkan mimpi tersebut.

Sena, dengan latihan keras, berhasil mengubah kebohongan menjadi kenyataan. Sepertinya, inti dari cerita Eyeshield 21 adalah arti sebenarnya dari "cerita" itu sendiri. Apapun cerita yang kau baca, tonton, atau dengar, entah itu Mahabaratha, Illiad, Ernest Hemingway, John Green, Muchtar Lubis, Harry Potter atau bahkan teenlit dan cerpen pulp fiction sekalipun, mengandung ide, motivasi, pelajaran, nilai moral dan inspirasi tersendiri. Tinggal kita yang memilih bagaimana cerita itu akan mempengaruhi hidup kita. Kita dapat melupakannya dan tidak mempercayainya. Atau kita dapat membawa perubahan besar, semangat dan tekad tinggi, aksi yang nyata, perwujudan dari imajinasi dan inspirasi. Yang kita perlu lakukan hanyalah merubah kebohongan menjadi kenyataan. 

“No time should have to be given to think about things we don’t have. What we have to do is : Fight with what we have” – Yoichi Hiruma, “Eyeshield 21”

Good luck, and keep fighting!